
Tapal Kuda, Jatim (Shautululama) — Keberadaan dan cengkraman Oligarki di Indonesia mendapatkan sorotan tajam dari Ulama. Ulama Aswaja Tapal Kuda yang berhimpun dalam Multaqa Ulama Aswaja memberikan responnya. Ditengarai kapitalisme yang telah bercokol lama di Indonesia hampir sempurna meraih impiannya.
Hal itu tampak pada dua hal. Pertama, dalam penerapan demokrasi telah melahirkan penguasa yang pro kepada kapitalis (baik lokal maupun asing). Sehingga, kebijakan dan peraturan yang dibuat bukan lagi untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan kelompok kapitalis tersebut.
Melalui demokrasi, hakekatnya yang berkuasa bukanlah orang-orang yang duduk dalam jabatan pemerintahan. Akan tetapi yang berkuasa adalah para kapitalis tersebut. Yang di dalam ilmu ketatanegaraan disebut dengan oligarki.
Oligarki inilah yang sebenarnya menguasai dan mengendalikan ekonomi, politik, sosial, media dan lain-lain. Para penguasa hanyalah pelayan para oligarki. Maka tidak heran kasus wadas terjadi, karena penguasa melayani dan menjalankan kepentingan oligarki. Begitu pula di balik langkanya minyak goreng ada oligarki yang bermain di sana. Lagi-lagi penguasa hanyalah melayani dan menjalankan kepentingan oligarki, tidak melayani dan menjalankan kepentingan rakyat.
Kedua dalam menancapkan sekularisme. Proyek moderasi agama, deradikalisasi, war on terorisme, kriminalisasi ajaran islam, persekusi ulama dan yang semacamnya, yang berjalan selama ini tidak lain merupakan implementasi dari sekularisme dan kapitalisme. Tujuannya adalah untuk memisahkan islam dari kehidupan dan negara; untuk menjauhkan umat islam dari agamanya.
Buahnya, Umat Islam (khususnya di Indonesia) saat ini telah benar-benar dijauhkan dari ajaran agamanya; dijauhkan dari penjaga agamanya yakni para ulama.
Kondisi seperti di atas sudah di wanti-wanti jauh hari oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw melalui wejangan Beliau saw:
{ سَيَأْتِي زَمَانٌ عَلَى أُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ، فَيَبْتَلِيْهِمُ اللهُ تَعَالَى بِثَلاَثِ بَلِيَاتٍ، أُوْلاَهَا يُرْفَعُ الْبَرَكَةُ مِنْ كَسْبِهِمْ، وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا، وَالثَّالِثُ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ إِيْمَانٍ}
“Kelak akan datang suatu masa pada umatku, mereka menjauh dari para ulama dan para ahli fiqih, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga hal : pertama: Allah menghilangkan barakah dari rizki hasil kerja mereka, kedua: Allah akan menjadikan orang dzolim untuk menguasai mereka, ketiga: Mereka akan mati dalam keadaan tanpa iman”
Indonesia yang kaya raya, kini bukan menjadi berkah bagi penduduknya. Mereka sulit mendapatkan penghidupan secara wajar di tengah negerinya sendiri yang kaya raya. Tepat ungkapan syair:
كَالْعِيسِ فِي الْبَيْدَاءِ يَقْتُلُهَا الظَّمَا
وَالْمَاءُ فَوْقَ ظُهُورِهَا مَحْمُولُ
“bagaikan onta yang mati kehausan di padang pasir”
“sedangkan ia memikul air di atas punggungnya”
Atau ungkapan dalam peribahasa Indonesia:
“bagaikan anak ayam yang mati di lumbung padi”
Kekayaannya yang melimpah ruah ternyata dikuasakan kepada segelintir orang saja (para kapitalis dan oligarki) melalui undang-undang.
Selain itu, Indonesia benar-benar dikuasai oleh orang-orang yang dzalim, orang-orang yang serakah, tamak dan rakus, yaitu para kapitalis, para oligarki.
Oleh karenanya, kami para Ulama Aswaja Tapal Kuda Pasuruan, Jawa Timur melalui multaqa ulama Aswaja menyatakan:
1. Hentikan proyek moderasi agama, deradikalisasi, war on terorisme, kriminalisasi ajaran islam, persekusi ulama dan yang semacamnya, yang merupakan implementasi dari sekularisme dan kapitalisme, yang tujuannya adalah untuk memisahkan islam dari kehidupan dan negara; untuk menjauhkan umat islam dari agamanya.
2. Buang jauh-jauh sistem demokrasi yang hanya melahirkan penguasa yang pro kepada kapitalis (baik lokal maupun asing); penguasa yang melayani dan menjalankan kepentingan oligarki; penguasa yang mengabaikan kepentingan rakyat; penguasa yang menyengsarakan rakyat.
Multaqa ini berlangsung dengan khidmat dan khusyu’. Peserta yang hadir antusias mengikuti acara. Dukungan perjuangan ulama untuk membebaskan belenggu kapitalisme di Indonesia mendapat dukungan luas.[]