
Kemang – Kabupaten Bogor, (shautululama) – Majelis Daarul Fatih, Kp. Hambulu Ds. Pondok Udik, Kemang. Pada malam ke 24 (sepuluh) akhir Ramadhan 1443 H ini mendapat kehormatan dengan hadirnya 50 lebih Ulama Aswaja ashabul fudhala wa al – kurama. Kehadiran para alim ulama di kemang menambah keberkahan dan semarak ramadhan kali ini, mereka dengan lantang menyuarakan Islam kaffah dan pentingnya khilafah sebagai satu – satunya solusi tuntas untuk mengakhiri sistem kufur Demokrasi. Para ulama menggelar ijtima Ulama Aswaja Kab. Bogor dalam momen Nuzulul Qur’an Ramadhan 1443 H bertajuk “ Saatnya Islam meggantikan Demokrasi ” (Ahad, 24 April 2022).
Acara dibuka oleh Raisul Jalsah Ustadz. Asep Abu Ziyad dan Tilawatul Qur’an oleh Akhina Muhammad Hadiansyah, Santri Tahfidz Ponpes An-Nahdhah, Bogor.
Mengawali Ijtima Ulama, Shahibul Fadhilah Ustadz. Eko Susanto menyampaikan kalam sambutannya.
“Al-faqir merasa gembira dan mengucapkan banyak terima kasih atas terselenggaranya ijtima Ulama Aswaja ini, wabilkhusus alfaqir haturkan rasa ta’dzim kepada segenap alim ulama yang hadir di acara mulia dan penting ini, acara Ijtima Ulama dalam momen nuzulul Qur’an. Kita semua menyaksikan hingga hari ini betapa umat ini sudah sangat menderita dan terhina hidupnya di dalam sistem Demokrasi. Kenaikan harga minyak goreng dan bahan kebutuhan pokok lainnya, maraknya Islamophobia, penghinaan terhadap ajaran Islam dan kriminalisasi ulama terus menerus terjadi. Negeri ini sudah sangat ruwet dan semrawut, maka tak ada jalan lain umat Islam ini harus bersatu bersama-sama memperjuangkan Islam untuk menggantikan sistem demokrasi ” ujar Ustadz Eko Susanto, Shahibul Hajat Ijtima Ulama Aswaja, Kemang – Kab. Bogor.
Adapun kalimah minal ulama yang pertama, disampaikan oleh shahibul fadhilah al-Ustadz. Khermawan Al-Ayuby Khodimul Majelis Nidzomiyah, Kemang – Bogor.
“Kita semua ini adalah hamba – hamba Allah SWT yang telah diciptakan-Nya, sebagai sang pencipta bahwa Allah pasti mengetahui kemaslahatan bagi seluruh hamba-Nya. Demi kemaslahatan manusia, Allah menurunkan satu pedoman berupa Al-Quran, agar kehidupan kita di dunia sampai menuju kehidupan akhirat adalah kehidupan yang baik, selamat dunia dan akhirat. Sebagai mana ditegaskan Al-qur’an bahwa Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al – qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, sebagai Way of life untuk kesejahteraan, kedamaian dan keselamatan. Oleh karenanya tertutup jalan kesejahteraan, kedamaian dan keselamatan kecuali melaui jalan petunjuk Al-Qur’an ” Ujar Ustadz Ayyub sapaan akrab beliau.
Beliau pun memberi tamsil sederhana atas karut marutnya negeri ini jika tidak berpedoman pada Al – qur’an.
” Kalau ada perusahaan yang buat mobil sebut saja misalnya Mercy, dibuat buku pedomannya dari pabrik tersebut, maka gak bisa kita pakai mobil Mercy tapi pake buku pedomannya mobil beca, rusak yg ada. Ini yang terjadi hari ini di negeri kita, di Indonesia yang kita cintai ini tidak menggunakan pedoman yang telah diturunkan Allah SWT pencipta kita dan pencipta alam semesta ini, malah yang dipake undang – undang beca, maka bukan hanya rumit yang ada, ini sudah karum marut ”
” Kita sebagai ulama, sebagai tokoh – tokoh di kalangan umat ini harus menyuarakan, memperjuangkan terus supaya syariah Islam diterapkan di bumi Indonesia ini, ini harus disuarakan dan terus diperjuangkan, sebagimana ditegaskan dalam Firman Allah, wahai nabi telah datang kebenaran (haq) dan akan lenyap kebatilan. Maka, syaratnya perjuangkan dulu itu yang haq baru akan lenyap kebatilan. Jangan mimpi di siang bolong kebatilan akan lenyap, kalau kita tidak perjuangkan kebenaran (haq) nya. Kita harus serukan dan perjuangkan terus bagaimana syariah Islam secara kaffah, secara menyeluruh dan sempurna bisa ditegakan di bumi yang kita cintai ini “.
Di akhir kalimahnya beliau berpesan untuk selalu istiqomah memperjuangkan tegaknya Islam.
“Jangan diam kita – kita ini, teruslah menyuarakan dan memperjuangkan kebenaran. Karena kebatilan tidak akan roboh kalau kebenarannya tidak disuarakan dan diperjuangkan, mimpi kita. Karenanya kita harus ambil bagian dalam perjuangan ini, kita mohon kepada Allah di malam Ramadhan yang penuh berkah ini, mudah – mudahan Islam segera meraih kemenangan, syariahnya bisa tegak, kita diberi Istiqomah dalam barisan pejuang – pejuang Islam hingga akhir hayat ”
Adapun kalimah ulama kedua disampaikan oleh Al-Mukarram Ki Sarmili Yahya. Pimpinan Saung Ma’rifat, Parung.
“Acara ijtima ulama Aswaja ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, dimana bulan ramadhan ini adalah bulan kemenangan. Karena banyak peristiwa penaklukkan – penaklukan atau futuhat di dalamnya, dimana terjadi perang badar dan fathu makkah. Di bulan ramadhan ini juga diturunkannya Al- qur’an. Al-Qur’an sebuah pedoman, aturan atau undang – undang bagi manusia, baik kehidupan pribadi, masyarakat hingga aturan bernegara. Al- qur’an itu sebagai pembeda antara yang haq dan batil ” ujar Ki Sarmili membuka kalimahnya
“Untuk itu kita sebagai umat Islam wajib memperjuangkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Demokrasi itu sistem kufur, haram memperjuangkannya, haram mengembannya dan haram mendukungnya. Kita contohkan Hp, bagaimana kalau pake hp tapi buku panduannya pake panduan mesin cuci, yang ada hancur. Kita mesti tahu sejarah bahwa 13 abad umat Islam menjadi negara adidaya super power, hingga diruntuhkannya khilafah Islam tersebut di Turki oleh Attaturk laknatullah ”
Diakhir kalamnya Ki Sarmili menegaskan akan kebohongan demokrasi.
“Bohong jargon andalan demokrasi yaitu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Padahal faktanya dari rakyat oleh rakyat dan untuk konglomerat. Karena itu berjuang untuk menegakan khilafah jangan tengok kanan kiri, jangan mau dipusingkan oleh pemilu pilpres. Udah fokus aja, karena khilafah itu ajaran Islam yang diwariskan oleh Rasulullah yang wajib ditegakkan ” pungkasnya.
Kalam minal ulama ketiga disampaikan oleh shahibul fadhilah Kyai. Ir. Sukrianto, MA. Khodimul Majelis Hadharah Islam, Parung.
“Ada yang mengatakan bahwa demokrasi itu kan sesuai dengan Islam, terus apa yang mau diganti ? Ada juga yang mengatakan demokrasi itu ada rujukannya dalam Islam. Ini adalah cara pandang yang dipaksakan. Padahal Islam dan demokrasi jelas berbeda, Islam itu kedaulatan di tangan syara sedangkan demokrasi kedaulatan di tangan rakyat ” Ujar Kyai Syukri, sapaan akrabnya.
Beliau pun menegaskan tujuan diutusnya Rasulullah SAW.
“Ketika Allah SWT menegaskan bahwa tidaklah Allah mengutus Rasulullah kecuali untuk rahmat bagi seluruh alam. Ternyata turunnya Alquran itu menjadi rahmat bagi seluruh alam, maka ketika Al-quran tidak dijadijan pedoman, maka rahmat itu tidak akan pernah dirasakan oleh manusia ”
Terakhir, beliau menegaskan kepada hadirin untuk siap berkorban untuk tegaknya Islam secara kaffah.
“Ketika Islam ditinggalkan di negeri ini yang terwujud adalah ideologi kapitalisme, dengan ideologi kapitalisme inilah umat bukan tambah baik, tapi makin sengsara. Maka kalau kita ingin mendapatkan kemenangan di ramadhan ini yaitu dengan derajat takwa, yang harus kita lakukan adalah orang yang bertakwa harus siap berkorban untuk tegaknya syariah Islam secara kaffah ”
Adapun kalimah keempat disampaikan oleh Al-Mukarram Kyai Marsambas, S.Pd,I. M.Pd. Ulama Ciomas – Bogor.
“Pada faktanya, Islam itu sempurna, Islam memiliki sistem pemerintahan yaitu al-Khilafah. Islam juga memiliki sistem ekonomi dengan konsep tiga kepemilikan ; kepemilikan Individu, umum dan negara. Secara historis pada zaman Umar bin Abdul Azis Sistem Islam Khilafah menjadikan kehidupan rakyat makmur sejahtera penuh keberkahan, secara empiris Islam adalah sistem ekonomi yang jadi solusi. Secara pendidikan, Islam menerapkan pendikan secara gratis dan melahirkan generasi yang takwa dan pemimpin peradaban, tidak seperti sekarang ini”, ungkapnya dengan semangat.
Di akhir kalimahnya, Beliau pun membandingkan kondisi kemunduran saat ini.
“Saat ini Umat Islam terpuruk di segala bidang padahal sumber daya yang dimiliki sudah lebih dari cukup. Sistem sanksi (uqubat) dalam Islam adalah solusi tuntas untuk mewujudkan kepastian dan keadilan hukum hakiki. Sistem pergaulan (ijtimai’) menjamin tidak adanya khalwat diantara yang bukan mahram dan terwujudnya masyarakat yang mulia dan beradab. Islam memiliki hadharah yang khas. Bukan seperti hadharah barat yang berlandaskan fasluddin ‘anil hayah (memisahkan agama dari kehidupan) ” pungkasnya.
Adapun kalimah minal ulama kelima, disampaikan oleh shahibul fadhilah, Kyai Ikhwanul Hakim. Khodimul Majelis Romata, Ciomas – Bogor.
“Negara yang wajib kita jadikan contoh teladan adalah negara warisan nabi kita Rasulullah Muhammad SAW, karena Rasullah mengatakan hendaklah kalian berpegang pada sunahku dan sunah para Khulafaur Rasyidin, dan itu wajib kita ikuti, mereka hanya menjalankan negara dengan sistem kekhilafahan dan itu berlangsung hingga beberapa Abad seterusnya ” ujarnya.
Diakhir kalimahnya, beliau menyampaikan harapan.
“Oleh karena itu bagi kita mudah – mudahan momentum ijtima ulama malam ini mengingatkan bahwa kita masih punya PR yang berat, untuk kemudian menghadirkan kembali sistem Islam dalam kehidupan kaum muslimin. Tetapi insyaAllah meskipun itu berat kalau ditanggung bersama insyaAllah menjadi ringan. Keberkahan dari ijtima ulama ini dan ramadhan ini semoga menjadikan kita orang- orang yang selalu istiqomah memperjuangkan agama ini, hingga tegak menjadi sistem yang bisa mengatur kehidupan manusia di masa yang akan datang” pungkas Kyai Ikhwan.
Kalimah minal ulama keenam disampaikan oleh Ust. Dr. Ahmad Sastra, M.M, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
“Perang yang dilakukan barat terhadap umat Islam sekarang adalah perang Asimetris, perang tanpa senjata atau disebut juga dengan istilah ghazwul Fikri, perang istilah. Misalnya Bunga bank itu indah tapi riba, pluralisme indah padahal berbahaya ” tutur Dr. Ahmad
” Perang asimetris ghazwul Fikri ini jauh lebih berbahaya dari perang dengan senjata, dalam perang ini orangnya dipastikan masih hidup tapi aqidahnya sudah mati. Bahkan Seorang profesor doktor saja bisa secara tidak sadar padahal dia sudah kena senjata ini, orangnya muslim tapi pemikirannya sekuler ”
Di akhir kalimahnya, Dr. Ahmad menegaskan pentingnya negara khilafah.
“Penting bagi kita memahami dan memahamkan umat. Apa itu Islam Nusantara, Islam fundamentalis dan perang ideologi. Maka pemikiran harus dilawan dengan pemikiran, negara harus dilawan dengan negara. karena itu umat ini penting harus memiliki negara berupa Khilafah yang akan melawan penjajahan terhadap negeri – negeri muslim ”
Adapun kalimah minal ulama terakhir disampaikan oleh Shahibul Fadhilah KH. Haris Iskandar. Khodimul Majelis Daarul Fatih, Kemang – Bogor.
“Kita diingatkan dengan perkataan Ibnu Zubair. Bahwa orang cerdas itu adalah orang yg memfokuskan diri pada akhir sebuah perkara. Terkait dengan hal itu bahwa akhir dari acara ijtima ini adalah untuk terus melanjutkan dakwah yang telah dijalani oleh nabi, karena Rasulullah adalah suri teladan kita satu – satunya, bukan orang kafir” Tutur Kyai Haris.
“Tidak akan pernah baik umat ini, kecuali jika umat ini mengikuti metode yang telah dijalankan oleh umat terdahulu.
Apakah metode ini sudah diajarkan oleh para ulama ? Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa Ulama bersepakat kepada kaum muslim, yaitu terkait mengangkat Khalifah. Kewajibannya bersifat syar’i bukan aqli. Ulama mengatakan khilafah itu taajul furuud (mahkota kewajiban) Maka menegakkan khilafah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslim ”
Di akhir kalimahnya, beliau mengajak segenap ulama dan umat untuk bersama sama berjuang menegakan sistem Islam.
“Orang yang cinta kepada Allah dan rasul-Nya adalah orang yang mengikuti thariqah yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya. Karena itu alfaqir menyeru kepada seluruh ulama dan umat, mari sama – sama kita ganti demokrasi yang sedang bercokol ini dengan sistem Islam khilafah.
Disamping itu menegakkan khilafah adalah perintah para ulama mutabar ahlussunah waljama’ah ” pungkasnya penuh semangat.
Acara ijtima Ulama yang dipandu oleh Raisul Ijtima Ust. Arief Aziz Abdurrahman berlangsung khidmat dan penuh keakraban, dimulai sejak ba’da tarawih hingga dini hari.
Ijtima ulama ditutup dengan doa oleh KH. Ahmad Bukhari, Pimp. Pon-pes. Darul Khair, Karikhil – Ciseeng. Dilanjutkan dengan seruan pernyataan Sikap Ulama Aswaja Kab. Bogor dan ramah tamah dengan sajian hidangan yang telah disiapkan panitia. [A.zyd]