
Surabaya, (shautululama) – “Carut marut politik di negeri kita sudah kita ketahui bahwa sistem politiknya jauh dari Islam. Politik yang mempunyai orientasi untuk merebut kekuasaan atau melanggengkan kekuasaan dengan menghalalkan segala macam cara”, demikian ungkap Ustad Ahmad Musyaffak, Pengasuh MT. An-Nashr Surabaya.
Beliau menjadi salah satu nara sumber dalam acara Multaqa Ulama Aswaja Surabaya Utara, dengan tema “FASAD AKIBAT ULAH MANUSIA, KEMBALI KEPADA SYARIAH”. Para Ulama, Kyai, Asatidz dan Mubaligh hadir Ahad 21 Agustus 2022, yang dilakukan secara online dan offline.
Lanjut beliau, “Politik demokrasi adalah dari barat yang kini melahirkan oligarki. Istilah ini sering kita dengar, yaitu kekuasaan tidak lagi di tangan rakyat namun dikuasai segelintir pengusaha”.
Sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan penguasa selalu menguntungkan kepentingan pengusaha. Berbagai macam kedzaliman, seperti naiknya harga-harga, minyak goreng, BBM dan lain lain. Itu semua menuruti oligarki dan akibat politik yang tidak Islam.
Kalau dalam cara Islam bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah politik, Istilahnya ri’ayah syu’unil ummah mengurusi urusan umat.
Bagaimana negara mengatur di seluruh bidang mulai pendidikan, kesehatan , keamanan, sosial diatur dalam Islam, sementara rakyat mengontrol, mengawal apakah negara sudah benar, apakah melenceng dari aturan Islam.
Jika politik dipahami dengan benar dan diamalkan dengan tuntunan Islam, insya Allah akan menghasilkan tatanan negara yang mulia dan adil.
Namun praktek-praktek yang dilakukan penguasa, dengan menghalalkan bebagai macam cara dengan money politik, memfitnah lawan politik, melakukan kriminalisasi terhadap lawan poltik. Korupsi merajalela, rektor salah satu perguruan tinggi OTT KPK karena suap menyuap penerimaan mahasiswa baru, dan ini menyeret 7 orang pelaku.
Pada hari kemerdekaan ini kita menawarkan sistem pemerintahan Islam, politik diatur dengan Islam. Memperjuangkan politik yang Islami, pejabat mengatur rakyat dengan Islam lalu rakyat yang mengontrol penguasa dengan Islam. Menjadi politik yang mengedepankan identitas Islam, mendakwakan Islam, kampanye yang dilakukan sesuai dengan Islam.
Memang harus dibedakan antara politisasi agama dengan politik berdasarkan agama. Politisasi agama adalah menggunakan agama untuk kepentingan politik. Misal untuk meraup suara dengan mendatangi pesantren, dengan memakai jubah serban, walaupun dia non muslim namun tetap dapat dukungan, lnilah politisasi agama, karena kepentingan politik untuk mendapatkan suara.
Ironi ketika sudah berkuasa umat Islam ditinggalkan, justru kebijakan yang dikeluarkan mendzalimi umat Islam.
Maka yang seharusnya dilakukan adalah berpolitik berdasarkan Islam, bagaimana aktifitas politik sesuai dengan cara-cara Islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasullah SAW menjadi pemimpin yang Adil.
Pasti akan menghasilkan politik yang baik. Kita harus tunjukkan identitas kita Sebagaimana Allah perintahkan untuk bertaqwa sampai kapanpun dan dimanapun