
Lamongan Pantura, (shautululama) — Kyai Ahmad Taufiq, ulama Aswaja Babat yang turut dalam perhelatan Ijtima’ Ramadhan Ulama Aswaja Pantura Lamongan, Sabtu 23 April 2022, mengkritisi hilangnya madrasah dalam draft RUU sisdiknas. Kenapa harus dikritisi?
Sejak awal, sektor Pendidikan di Indonesia ini sudah gaduh, mulai dari tidak adanya frase agama dalam draft peta jalan pendidikan nasional, lalu permendikbud tentang PPKS yang kekerasan seksual bisa dilaporkan jika tidak ada persetujuan dari kurban, setelah itu muncul draft RUU sisdiknas yang menghilangkan frase madrasah, dan sekarang dalam kurikulum terbaru, mapel PAI (Pendidikan Agama Islam) diganti dengan mapel PAI dan Budi Pekerti.
Apa artinya? Melihat runtutan peristiwa politik di negeri ini, yang sejak awal diopinikan penghapusan kolom agama dalam KTP dan berlanjut pada hilangnya frase agama dalam peta jalan pendidikan nasional dan tidak adanya frase madrasah dalam RUU sisdiknas, mengindikasikan pengaruh ideologi neo komunisme di ranah pendidikan. Juga pengaruh ideologi kapitalis tampak sekali, yang dalam hal ini adalah sekurelisasi pendidikan, mulai dari RUU PPKS, lalu sekarang mapel PAI yang sebenarnya sudah disekurelisasi, sekarang malah dipersempit lagi dengan mapel penggantinya yakni PAI dan Budi Pekerti. Artinya, Budi pekerti (akhlak) pun masih harus dipisah dari materi PAI lainnya.
Ini adalah musibah, ini fasad, akibat jauhnya tatanan pendidikan dari petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah.
Oleh karena itu, kita wajib mengembalikan sistem pendidikan kepada Islam sebagaimana dahulu sistem Islam disektor pendidikan berhasil melahirkan para ilmuwan, intelektual, dan ulama yang hingga kini karyanya masih menjadi rujukan dunia, seru Kyai Ahmad Taufiq.