Mojokerto, Jatim, shautululama.co – Tiga orang tewas dalam aksi bentrok pekerja lokal dan asing di perusahaan tambang nikel di Morowali Utara di Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (14/1/2023). Dua tewas adalah tenaga kerja lokal Sedangkan satu tewas teridentifikasi sebagai warga negara asing asal China.
Menurut Sosiolog Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai secara sosiologis, bentrokan yang terjadi di Morowali itu merupakan akumulasi dari kekecewaan pekerja asli Indonesia terhadap hak-hak mereka dan kelonggaran pemerintah terhadap TKA. Ubedilah menjelaskan pemerintah sedari awal tidak tegas dan tidak transparan soal TKA China. Ia menyinggung perihal informasi yang beredar luas bahwa TKA yang seperti ‘dianakemaskan’.
Menanggapi hal itu pada hari Jum’at 27 Januari 2023 Ulama Aswaja Mojokerto menyelenggarakan Multaqo Ulama dengan topik “BENTROK TKA CHINA vs INDONESIA DI MOROWALI DAN SOLUSINYA DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM”
Acara dipandu oleh pembawa Acara, Ust. Suyadi, dibuka pukul 20.00 WIB. Multaqo diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Ust. Sodiqin dari Mojokerto. Dilanjutkan dengan sambutan Shohibul Bait oleh Kyai Joko Santoso selaku pengasuh PP Al-Mukhlishin Mojokerto beliau menyampaikan bahwa Bentrok di Morowali karena adanya ketimpangan, adanya ketidakadilan. Sumber masalah utama adalah tidak adanya aturan islam ditengah umat. satu-satunya solusi adalah syariat Islam kaffah.
Selanjutnya dalam sesi pertama Aqwal Minal Ulama Ust. Qodhi (FKU Aswaja Mojokerto) Menyampaikan Solusi pemerintah terhadap TKA Asing saat ini tidak adil karena dampak Undang-undang cipta kerja. Dengan UU ini jalan masuk bagi TKA Asing semakin mudah seperti jalan Tol. Kemudahan inilah yang akan membanjiri Indonesia dengan orang asing.
Selanjutnya dalam sesi kedua Aqwal Minal Ulama Ust. Izzuddin (FKU Aswaja Mojosari) menyampaikan Nikel adalah milik rakyat secara keseluruhan, baik muslim maupun non-muslim semuanya mendapat manfaat yang sama dan bahan tambang ini harus dikelola dengan aturan Islam sesuai dawuh kanjeng Nabi SAW. Jika semua tambang dikelola dengan benar, akan menjadikan Indonesia sebagai “Daulatul Ula” negeri nomor satu di dunia.
Menyambung penjelasan Ust Izzuddin, Ust. Jundullah (FKU Aswaja Gondang) menjelaskan fenomena bentrok di Morowali hanyalah sedikit dari dampak UU Cipta Kerja. UU ini juga adalah produk demokrasi dimana carut marutnya negeri ini karena proses demokrasi yang penuh kecurangan dan sangat mudah ditunggangi oligarki. Mari kita sadarkan umat ini, bahwa puncak keterpurukan negeri ini karena diterapkan demokrasi.
Selanjutnya Ust Ibrahim (FKU Aswaja Mojokerto) Menyampaikan Aturan yang berlaku saat ini tidak lain adalah produk buatan manusia yang hanya menguntungkan sebagian kecil orang. Sehingga tidak layak digunakan. Satu-satunya yang layak adalah aturan dari Allah SWT akan memberikan kebaikan dan keadilan bagi semua, baik ulama, pengusaha, pekerja, dll.
Aqwal minal ulama yang terakhir yaitu KH. Asrori Muzakki (Pengasuh PP Kayyisul Ummah Mojosari) dengan tegas beliau menyampaikan negeri ini memiliki kekayaan alam yang kaya raya. Semua kekayaan ini tidak bisa dinikmati rakyat selama LP menerapkan demokrasi kapitalisme. Karena sumber-sumber kekayaan yang seharusnya dimiliki umum menjadi milik individu. Satu-satunya solusi adalah mencampakkan aturan demokrasi dan menerapkan aturan Islam dalam bingkai Khilafah yang akan menjamin kesejahteraan sebagaimana yang sudah terbukti selama 14 Abad Kekhilafahan.
Acara diakhiri dengan pembacaan pernyataan multaqo oleh Ustad Arif (FKU Aswaja Gondang) dan acara ditutup do’a oleh KH. Asrori Muzzaki (Pengasuh PP Kayyisul Ummah Mojosari).