Khilafah ajaran Ahlussunnah Wal JamaahKhilafah Untuk Kebaikan IndonesiaMultaqo Ulama Aswaja - ManhajiNews

Multaqa Ulama Aswaja Kasepuhan Gresik Tegaskan Kewajiban Mencontoh Nabi Saw Baik Individu, Masyarakat Maupun Bernegara

Gresik. (shautululama) Acara Multaqo Ulama Aswaja Gresik Kasepuhan dalam rangka memperingati Maulidur Rasul Muhammad 1444 H, kembali digelar hari Senin, 24 Oktober 2022 dan disiarkan secara live Streaming melalui Chanel Dakwah Giri.

Acara dipandu oleh ustadz Abdurrahman,  di lanjutkan pembukaan dan pembacaan kalam ilahi oleh Kyai Muzayyin Pengasuh majelis Taklim Tanbigul Ghofilin.

Hadir sebagai pembicara KH. Farhan Abdul Hamid (Pengasuh Majelis Taklim Al Qolam Gresik) yang memaparkan Rasulullah Pribadi Agung, Uswah Hasanah, pembawa rahmah dan syafaat seluruh ummat dan semesta alam.

Mengawali taujihnya KH Farhan mencuplik hadist Qudsi bahwa Allah swt tidak menciptakan manusia yang lebih mulia dibandingkan Baginda Nabi Muhammad SAW. “Kemuliaan Baginda Rasul SAW ini dikarenakan apapun yang dilakukan dan diucapakan Beliau adalah wahyu” Tutur KH.Farhan.

Kemudian KH Farhan menukil Firman Allah SWT dalam Surat An Najm 3-4 :
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

“Bukti selanjutnya Bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW makhluk yang paling mulia adalah diangkatnya belaiu sebagai sayyidu anbiya atau penghulu para nabi”. Terang KH Farhan

Melanjutkan Taujihnya KH. Farhan Menuturkan Bukti – bukti Kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW adalah memiliki akhlak paling mulia (uswatun hasanah), menjadi rahmah seluruh alam dan pemberi syafaat bagi umatnya dan umat nabi-nabi lainnya, dan terjaga dan terpelihara dari perbuatan dosa (maksum).

KH Farhan Menegaskan kepada Pemirsa Chanel Dakwah Giri bahwa apapun yang diucapkan dan dilakukan oleh baginda Nabi Muhammad SAW benar dan berdasarkan wahyu. “Maka wajib atas semua manusia untuk mengikutinya, dan menirunya.sekaligus menegaskan tidak boleh mengikuti atau mengambil contoh dari selainnya, baik dalam perkara individu, masyarakat,  lebih-lebih persoalan bernegara.” Tegas KH Farhan

“Kita tidak boleh mengambil contoh sebagian dan mencampakkan sebagaian. Misal Dalam perkara akhlak dan ibadah kita meniru baginda rasul, tetapi dalam bermuamalah kita meniru dan mengadopsi pemikiran dari orang-orang kafir, apalagi Alergi dan phobi terhadap kepemimpinan beliau dalam sistem ketata negaraan yakni Khilafah. Karna  satu – satunya sistem bernegara yang dicontohkan baginda adalah Sistem Khilafah, bukan teokrasi, monarchi dan demokrasi” pungkas KH Farhan

Abah Husain Media, [10/29/2022 9:31 AM]
Tinggalkan Demokrasi, Demokrasi hanya melahirkan keburukan bagi umat islam

Acara Multaqo ulama yang digelar oleh forum Ulama Aswaja Kasepuhan Gresik, senin (24/10/2022). Disiarkan secara live streaming di channel Youtube Dakwah Giri yang bertemakan Transformasi dari kegelapan Kapitalisme, Demokrasi, Komunisme Menuju Cahaya Islam”

Para ulama yang turut hadir dalam multaqo kali ini yakni Kyai Adam Cholil selaku Shohibul Hajjah, KH. Muhammad Najib dari selaku pengasuh MTI Gresik, Gus Mujayyin Pengasuh Majelis Taklim Tanbiqhul Ghofilin Gresik dan Kyai Abdul Aziz dari Majelis Taklim As Salam Gresik, KH Farhan Abdul Hamid Pengasuh Majelis Taklim Al Qolam, dan KH. Iffin Masrukhan.

Kyai Abdul Aziz sebagai Sosok ulama muda yang kharismatik dan alim, mengapresiasi hari santri dengan mengingatkan kepada pemirsa channel Dakwah Giri bahwa saat ini kehidupan kita dipimpin dan diatur oleh sistem Sekuler kapitalistik.

“Islam hanya formalitas saja, hanya diperbolehkan untuk mengatur ibadah atau asesoris saja. Sedangkan persoalan hukum, kenegaraan, politik, pendidikan, kesehatan, sosial  dan lain-lain mengadopsi dari sumber pemikiran – pemikiran orang kafir seperti aristoteles, jj rosou, montesque dan plato yang dibingkai atas nama Demokrasi.” Terang Kyai  Abdul Aziz.

Kemudian beliau mencuplik surat an nisa 60.
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْٓا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْٓا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗوَيُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.

“Syaikh Abdul Qodir Al Jilani menjelaskan tafsir surah an nisa 60, bahwa taghut yang dimaksud adalah ide-ide /ajaran/hukum/ ideologi yang berasal dari selain Islam atau buatan manusia, yg bersumber dr hawa nafsunya sendiri, yg menyesatkan dari kebenaran yang hakiki. Dan dalam syariah Islam disebut ” syetan” adalah Siapa saja yg menyesatkan manusia dari hukum-hukum syariah Islam”. Ungkap Kyai Abdul Azis

Lalu beliau menjelaskan apabila demokrasi sejatinya merupakan alat dan senjata orang-orang kafir untuk menjajah dan terus mencengkeram untuk menguasai umat islam. Demokrasi hanya mejamin faham kebebasan untuk keburukan, Kebebasan untuk kebaikan atau sesuai syariah islam.

Keburukan akibat diterapkannya sistem demokrasi dapat kita rasakan dan kita saksikanm, kasus korupsi, kriminal, kemiskinan, pelecehan atau asusila dari tahun ke tahun terus meningkat. Dari era orde baru hingga orde reformasi kehidupan ekonomi kita semakin sulit, hutang negara semakin melangit. Jelas Kyai Abdul Azis.

Di akhir tausiyahnya, kyai azis menyeru seraya berharap dengan berkumpulnya kita ini,  semoga saudara-saudara  kita diberikan hidayah sehingga hanya menjadikan islam sebagai landasan hidupnya. Meneladani dan mengamalkan apa saja yang dicontohkan oleh baginda Rasul muhammad Saw, baik secara perkataan maupun perbuatan sebagai bukti kecintaan dan ketaatan kepadanya.

Ulama Aswaja - Manhaji

Media dakwah online ulama aswaja manhaji, menyeru kepada kebaikan

Related Articles

Back to top button