
Semarang, (shautululama) – Ujian yang mendera bangsa ini seolah tak ada habisnya. Harga BBM naik dan diikuti juga harga kebutuhan pokok naik. Di sisi lain, bulan Ramadhan yang seharusnya umat islam bisa fokus untuk beribadah dan meraih pahala sebesar-besarnya, jusru dihadapkan dengan persoalan ujaran phobia terhadap islam, yang notabene mayoritas di negeri ini. Persoalan silih berganti dan hampir hampir tak ada pangkal ujungnya.
Ulama merupakan pewaris nabi, yang selalu menjadi garda terdepan perjuangan bangsa ini, tak mau tinggal diam berpangku tangan. Ulama Aswaja Jawa Tengah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Ulama Jawa Tengah mengadakan Multaqo Ulama pada Jumat 22 April 2022 bertepatan dengan 21 Ramadhan 1443 H di Semarang.
Multaqo Ulama mengangkat tema besar “saatnya tata dunia baru dengan islam kaffah, tolak kenaikan harga kebutuhan pokok, perangi islamophobia” yang dihadiri oleh perwakilan ulama aswaja dari Semarang, Blora, Solo, Magelang, Cilacap dan Pekalongan. Multaqo ini dilakukan secara hybrid.
Multaqo Ulama dimulai bakda ashar dengan diawali pembukaan oleh ustadz Abu Yusuf selaku MC dan pembacaan tilawah Quran oleh ustadz Abu Hamzah. Kalimat pembuka dari ketua Forum Komunikasi Ulama Jawa Tengah disampaikan ustadz Abdullah.
Berbagai persoalan di negeri ini sebenarnya akar masalahnya justru dari diterapkannya sistem sekuler, sistem kapitalis liberal yang sangat bertentangan dengan islam. Peran ulama yang paling penting yaitu meluruskan pemahaman tentang islam, menjelaskan bahwa islam bukan sekedar mengajarkan ibadah ritual, tapi sebagai ideologi yang mengharuskan islam digunakan dalam mengatur persoalan bangsa dan negara.
Para ulama harus berdiri tegak di hadapan penguasa untuk mengingatkan bahwa berbagai persoalan di negeri ini hanya akan bisa diselesaikan dengan diterapkannya islam secara kaffah dalam bingkai khilafah.
Multaqo dilanjutkan dengan penyampaian kalimah ulama dari perwakilan daerah di Jawa Tengah, yang dipandu oleh Rois Multaqo KH. Habib Rasyid, Pengasuh Ma’had Imam Ghozali Semarang. Kalimah ulama pertama kali disampaikan oleh KH. Muhammad Ainul Yaqin dari Semarang. Sudah seharusnya bulan Ramadhan menjadi bulan perjuangan bagi kita, apalagi menghadapi cengkeraman pemikiran yang sekarang ini bukan hanya menyerang pengemban islam tetapi yang diserang adalah islam. Maka saatnya di bulan Ramadhan ini menyampaikan kepada umat tentang islam yang benar seperti apa, yaitu islam yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Inilah kesempatan kita, bulan Ramadhan meningkatkan perjuangan kita dengan cara memahamkan umat tentang islam sebagai sistem kehidupan.
Kalimah ulama yang kedua tentang pandangan ulama terhadap perpindahan ibu kota negara (IKN) disampaikan oleh Ustadz Wasroi: ingatlah para pemimpin negeri ini, kalian akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, apabila ingin selamat dunia akhirat maka pimpinlah negeri ini dengan aturan yang adil, aturan Allah SWT bukan malah mengikuti hawa nafsu, termasuk rencana pemindahan IKN sebagai contoh nyatanya.
Nasehat juga disampaikan tentang persoalan kenaikan bahan kebutuhan pokok oleh ulama dari Pekalongan, ustadz Rofiudin dalam kalimah yang ketiga. Pemerintah sudah kehilangan empati pada rakyatnya sendiri dengan merestui naiknya harga secara bertubi-tubi. Padahal masih banyak cara untuk menahan kenaikan harga tersebut.
Melengkapi kalimah ketiga, ustadz Zahid Farhan dari Cilacap menjelaskan dalam kalimah ulama keempat bahwa ada yang salah kelola di Indonesia sehingga kita mengalami kesulitan, oleh karena itu, sudah waktunya kita kembali menuju pada islam sebagai Din, sebagai pegangan hidup kita, sebagai hudan untuk menyelesaikan persoalan yang mencengkeram.
Memasuki kalimah yang kelima, disampaikan perwakilan ulama Magelang oleh KH. Nashirudin Syukur. Kerusakan yang terjadi dimasyarakat kita ini, terjadi secara berulang dan periodik. Penguasa juga tidak bicara melayani rakyat, tetapi justru melayani para pemilik modal bahkan bertekuk lutut pada pemilik modal. Semua itu sebenarnya kalau kita renungkan, adalah karena kesombongan manusia yang tidak mau diatur oleh aturan Allah SWT dan lebih mau menjalankan sistem yang dibuat oleh manusia, yaitu sistem kapitalisme.
Saatnya umat islam meninggalkan kapitalisme dan kembali kepada sistem islam dengan menerapkan islam secara kaffah.
Menyambung dari kalimah sebelumnya, ustadz Mochammad Khoirul Anam dari Blora menegaskan bahwa tanpa khilafah perintah untuk ber-Islam kaffah tidak mungkin akan bisa dilaksanakan karena perintah islam kaffah mencakup 3 obyek taklif yaitu individu, jamaah dan institusi negara. Saatnya ulama aswaja bersatu padu memperjuangkan syariah dan khilafah, telebih kilafah merupakan ajaran ulama aswaja.
Kalimah ulama ketujuh disampaikan dari perwakilan Solo oleh ustadz Yan Abdul Hadi. Fakta bahwa Khilafah Islamiyah merupakan sistem yang sempurna dan istimewa karena memuat problem solving atas problematika kehidupan. Sistem ini datang dari Dzat yang Maha Sempurna dan disampaikan oleh manusia sempurna yakni Rasulullah, maka mustahil menghadirkan kerusakan dan kedhaliman. Khilafah pernah ada yakni pada abad 6 masehi hingga abad 19 masehi, dan runtuh pada masa Ustmaniy.
Fakta tak terbantahkan bahwa khilafah telah memberikan maslahat bagi umat manusia. Khilafah juga merupakan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah bahwa khilafah akan hadir dan tegak kembali. Khilafah akan hadir setelah empat masa, yakni setelah masa nubuwah, masa khulafaur rosyidin, masa mulkan adhon, mulkan jabriyatan, dan sebentar lagi akan menyambut tegaknya khilafah islamiyah ala minahajinubuwah.
Acara multaqo dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap ulama aswaja forum komunikasi ulama Jawa Tengah yang dibacakan oleh KH. Muhrodhi, disaksikan oleh seluruh peserta multaqo baik yang offline maupun online dengan berdiri. Pembacaan pernyataan ini kemudian diikuti penandatangan petisi penolakan terhadap kenaikan kebutuhan bahan pokok dan juga islamophobia. Multaqo ulama ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh KH. Nasruddin dari Semarang. Rangkaian acara multaqo kemudian diakhiri dengan sholat magrib berjamaah dan buka puasa bersama. (tj)
Simak Videonya