
Gunungkidul (shautululama) – Sabtu Pon, tanggal 27 Shafar 1444 H bertepatan dengan 24 September 2022, para ‘alim ulama, habaib, asatidz dan mubaligh berkumpul di Pondok Pesantren Al-Hadid, Karangmojo, Gunungkidul dalam acara Multaqo Ulama Aswaja D.I. Yogyakarta sehubungan kebijakan dzalim yang dilakukan pemerintah dengan menaikkan kembali harga BBM per September 2022.
Dalam sambutannya selaku Shahibul Hajat, Habib Muhammad Nahl Al-Atthas menyampaikan peran penting ulama sebagai pewaris para nabi untuk senantiasa menjadi garda terdepan dalam upaya Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Hal ini harus dilaksanakan agar penguasa senantiasa melaksanakan pengurusan kebutuhan hidup masyarakat sesuai Syariah, serta tidak berlaku dzalim.
Beliau juga menegaskan bahwa, kebijakan penaikan harga BBM tidak sejalan dengan Islam, karena prinsipnya BBM ini milik rakyat dan harus dikembalikan kepada rakyat baik secara gratis atau biaya murah. Bukannya malah mengambil untung yang besar dari pengelolaan BBM. Hal demikian merupakan kedzaliman yang dilakukan penguasa kepada rakyatnya.
Multaqo pada kesempatan kali ini dipimpin oleh Ust. Muhammad Ichsan Rasyidi selaku Khadim Madrasah Diniyah Daarul Hikmah, Gunungkidul. Adapun para ulama yang hadir antara lain yaitu Ust. Muhammad Rodhon (Pengasuh MT Daarun Nahdhah Al-Islamiyah, Gunungkidul), Ust. In’amul Hasan (Pengajar Al-Qur’an di Gunungkidul), Ust. M. Syahrullah (Pengasuh Ponpes At-Tasniim, Sleman), Ust. Subki Kabir Ibnu Rif’ah (Pengasuh Majelis Ta’lim Baitul Hidayah, Gunungkidul), Kyai Abdur Rochim Al-Hiwarie (Pengasuh Ponpes Nashru Sabilin Najah, Bantul), Ust. Yusuf Mustaqim (Pengasuh Majelis Ta’lim Al-Ushfury, Bantul).
Ust. Ahmad Sudrajat selaku Pengasuh Majelis Sirah Shahabat, Yogyakarta menegaskan bahwa kaum muslimin berserikat pada tiga hal yaitu air, padang gembalaan, dan api (energi). Mestinya energi ini milik bersama yang tidak boleh dimiliki seseorang, swasta atau bahkan pihak asing, sehingga menjual BBM demi mendapatkan keuntungan adalah bentuk kedzaliman yang nyata.
Sedangkan Kyai Edi Subroto selaku Pengasuh Rumah Qur’an Seturan, Yogyakarta menyebutkan bahwa dzalim itu tidak selalu diartikan menyakiti orang lain. Dzalim sejatinya juga diartikan sebagai upaya meletakkan sesuatu yang tidak diatur oleh Islam, apalagi ditambah menyakiti dan merugikan orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa penaikan harga BBM merupakan kedzaliman yang juga menyakiti dan merugikan masyarakat.
Ust. Iful Fitrah selaku Pengasuh Majelis Ta’lim Rumah Tsaqofah, Sleman menyampaikan bahwa kedzaliman yang terjadi di permukaan bumi ini tidak mempunyai solusi, kecuali Khilafah sebagai bentuk kekuasaan yang akan menjalankan kehendak Allah SWT bukan kehendak perseorangan. Ulama mempunyai peran penting dalam menjelaskan hal berikut ini secara lebih terang di tengah masyarakat secara luas.
Adapun Kyai Abah Narqo Abu Fikri selaku Pengasuh Ponpes Nur Al-Qowiy, Sleman meyakinkan hadirin yang hadir bahwa kita harus kembali pada bentuk pemerintahan yang diperjuangkan dan ditegakkan oleh Rasulullah SAW, yang dijaga oleh para sahabat, dijaga oleh para Khalifah. Dan sekarang waktunya kaum Muslimin memperjuangkan kembalinya, negara adidaya yang disebut dengan Al-Khilafah. Beliau juga mengajak para ulama untuk menjadi menjadi ulama yang lurus dengan menyampaikan “Ojo Leren dadi Ulama Becik” (jangan berhenti menjadi ulama yang baik/lurus) yakni Ulama yang memperjuangkan tegaknya Syariah dan Khilafah.
Multaqo Ulama Aswaja D.I. Yogyakarta ini diakhiri dengan pembacaan pernyataan sikap yang dipimpin oleh Kyai Muhammad Rasyid Supriyadi (Ulama Aswaja Yogyakarta) tentang penolakan kenaikan harga BBM serta menuntut pemerintah untuk menghentikan penerapan ideologi Kapitalisme-Liberalisme, karena ideologi ini telah menjadikan pengurusan hajat hidup rakyat termasuk di dalamnya masalah BBM diserahkan kepada swasta bahkan asing melalui mekanisme pasar bebas.
Para ulama yang hadir dalam Multaqo kali ini juga mengajak kepada seluruh komponen masyarakat, khususnya Ulama sebagai Warosatul Anbiya wal Mursalin agar menjadikan Islam sebagai solusi semua permasalahan bangsa dan umat ini serta mengajak semua komponen masyarakat dan ulama untuk memperjuangkan dan menegakkan Islam secara Kaaffah. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Kyai Asquri Darussalam (Pengasuh MT Daarussalaam, Gunungkidul) dan dilanjutkan dengan ramah-tamah. [mir]