
Jakarta, (shautululama) —KH Rokhmat S. Labib hadir sebagai keynote speaker pada Ijtima’ Ulama Aswaja Se-Nusantara: “Saatnya Tata Dunia Baru dengan Islam Kaffah, Tolak Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok, Perangi Islamophobia”, Sabtu (16/4/2022).
“Kalau bicara kenaikan harga dan semacamnya, bukan hanya bahan pokok, tapi semuanya sekarang naik harga-harga. Termasuk juga BBM dinaikkan, Pajak dinaikkan, pada saat yang sama subsidi dicabut,”buka KH Rohmat pada tausiyahnya.
Hal ini terkait pada pengelolaan negeri ini yang bermuara pada penguasanya dan sistem yang diterapkan. Penguasa di negeri ini tidak memiliki kompetensi mengurus perkara persoalan rakyat. Indikasinya pada saat rakyat mengalami kesulitan justru pajak tidak diturunkan. Di saat rakyat baru saja diterpa pandemi bukan memberikan subsidi.
“Tetapi pajak dinaikan. Subsidi dicabut. Ini akan menambah penderitaan rakyat. Di sisi lain penguasa yang tidak memiliki kompetensi melemparkan tuduhan kepada Islam. Seolah-olah problem negara ini karena Islam,”tandas Kyai Labib.
Beliau melanjutkan, kampanye tuduhan kepada Islam muncul propaganda Islam Radikal. Seolah-olah problem negara karena radikal. Solusi yang diberikan malah memasyarakatkan moderatisme dan segalanya.
“Jika dicermati akhirnya muncul penceramah radikal yang tidak boleh diundang instansi pemerintahan seperti TNI oleh Presiden. Bahkan BNPT mengeluarkan kriteria penceramah radikal. Jelas-jelas kriteria itu menantang Islam. Misalnya, seorang penceramah radikal mengkafirkan yang beda paham dan agama,”tandasnya geram.
Problem di negeri ini dikuasai oleh penguasa yang tidak kompeten dan pada saat yang sama ada kebencian terhadap Islam. Masyarakat masih melihat problem negeri ini pada orangnya. Karenanya tuntuannya sekadar turunkan presiden. Kemudian berharap yang menggantikan bisa merubah nasib rakyat.
“Padahal penguasa negeri ini tak sanggup mengurus adalah satu fakta, tetapi ada aspek sistem yang diterapkan. Sebagai contoh pajak tinggi dinaikan. Selama negeri ini menerapkan kapitalisme maka siapapun pemimpinnya tidak akan terlepas dari pajak. Karena dalam kapitalisme negara haram menjadi pemain, sebatas sebagi regulator,”terangnya panjang lebar.
Migas yang seharusnya menjadi pendapatan negara malah diserahkan kepada perusahaan. Negara sebatas regulator yang memungut pajak dari perusahaan itu. Pun demikian perusahaan itu akan membebankan pajak kepada rakyat.
“Kita akan menemui ketika membeli BBM dan pulsa di situ sudah tertera harga termasuk PPn. Artinya PPn itu dibebankan kepada konsumen (rakyat). Jadi jangan berharap berubah nasibnya tatkala terjadi pergantian presiden selama sistem kapitalisme diterapkan. Jangan berharap Islam diterapkan di negeri ini selama yang diterapkan sekularisme,”tambah Kyai Labib.
Pesan penting KH Rokhmat S Labib ialah siapa yang berpaling dari islam maka hasilnya tak lain mendapatkan kesempitan. Maknya kesempitan kehidupan dunia meski secara dhahir bisa berpakaian, bertempat tinggal di manapun, mereka akan kesusuhan.
“Berbagai macam persoalan kehidupan dunia ini bagian dari penderitaan dunia. Penderitaan dunia masih sangat kecil dibandingkan penderitaan di akhirat kelak. Yang harus ditanamkan kepada umat ialah sungguh adzab di akhirat jauh lebih besar seandainya mereka tahu,”pesan akhirnya.
Inilah tugas ulama untuk mengingatkan kepada umat termasuk penguasa. Tak boleh berhenti mengingatkan bahwa problem selama ini karena Islam ditinggalkan. Solusinya tak ada yang lain kecuali kembali kepada Islam kaffah. [hn]