
Jakarta, (shautululama) – Ramadhan Kamis, (28/4/2022), telah terselenggara Ijtima’ Nuzulul Quran Ulama Aswaja Se Nusantara, bertajuk “Saatnya Islam Menggantikan Demokrasi”. Hadir ulama Aswaja Manhaji se-Nusantara, baik secara online maupun offline untuk membahas persoalan penting umat Islam ini.
Dalam forum ini hadir beberapa ulama utusan dari seluruh nusantara. Diantaranya Shohibul Fadhilah almukarram KH. Abu Nibras , Ulama Aswaja Semarang Jawa Tengah. Dalam penyampaiannya beliau menjelaskan Sistem Sanksi hukum dalam Islam yang menyelesaikan masalah tanpa masalah serta mewujudkan kepastian dan keadilan hukum secara hakiki.
Beliau memaparkan fakta dalam sistem demokrasi, yang intinya dimana tindak kejahatan dihukum baik kriminalitas, pencurian, peminum khomr, pembunuhan hanya mendapat sangsi yang ringan sehingga tidak membuat jera serta mencegah orang lain melakukan tindakan serupa, sehingga kejahatan bukan menurun tetapi semakin meningkat. “Sudah saatnya kembali kepada hukum Allah”, pungkas beliau
Penyampaian kalimah minal ulama selanjutnya oleh Shohibul Fadhilah almukarram KH. Ahmad Faiz, ulama Aswaja dari Jawa Tengah. Beliau menyampaikan sistem pergaulan (Ijtima’i) pria dan wanita dalam Islam, yang mana tujuan penciptaan dari naluri seksual oleh Allah SWT. agar manusia tidak punah.
Islam menjamin menjamin kemuliaan pria dan wanita sehingga terwujud masyarakat yang mulia dan beradab dengan pengaturan yang sesuai dengan fitrah manusia baik pria maupun wanita, jelas beliau. “Kita tinggalkan demokrasi dan tegakkan khilafah”, pungkas beliau
Kalimah minal ulama selanjutnya dari Rembang Jawa Tengah oleh KH. Abu Zaid, ulama Aswaja yang sering mengisi kajian kajian keislaman diberbagai tempat. Beliau memaparkan kondisi negeri negeri kaum muslimin saat tidak ada khilafah sangat terpuruk dan terjajah . Beliau juga menjelaskan politik luar negeri Rasulullah SAW. dalam mengemban dakwah dan jihad beserta dalil dalilnya
Lalu dilanjutkan dari DKI Jakarta oleh KH. Saifudin Zuhri, ulama Aswaja yang kerap mengisi kajian kajian umum. Beliau menyampaikan urgensitas tentara sebagai garda terdepan dalam menangkal musuh dari luar. Jumlah tentara negeri negeri muslim saat ini jika digabungkan sangat besar, apalagi ditambah alusistanya. Hal ini mendapatkan tantangan dari Barat karena ketakutan mereka melihat besarnya potensi pasukan kaum muslimin jika bersatu.
Oleh karena itu, mereka berusaha dengan berbagai cara menghalangi kembalinya khilafah yang akan menyatukan umat islam seluruh dunia. Beliau memaparkan juga bahwa dengan konsep jihad fii sabilillah, ditambah semangat jihad yang digelorakan oleh Rosulullah diantaranya dengan ganjaran pahala yang lebih besar dari “Lailatul Qodar, yakni malam saat kaum muslimin berjaga jaga diperbatasan menghadang musuh bahkan berjaga nya seorang muslim dalam satu malam saat jihad fii sabilillah bagaikan sholat dimalam lailatul qodar didepan hajar aswad semalam suntuk”, pungkas beliau
Shohibul Fadhilah almukarram Kiyai Busthomi Al Jawi, ulama Aswaja Lampung. Beliau menjelaskan perbedaan mendasar antara persepsi hadlarah Islam dan persepsi hadlarah Barat. Saat ini kaum muslimin banyak yang mengikuti hadlarah Barat sehingga banyak terjadi kerusakan. “Jangan mengambil demokrasi sebagai jalan kehidupan, saatnya kembali kepada Islam”, pungkas beliau
Shohibul Fadhilah almukarram Abah Narko ulama Aswaja dari Yogyakarta, yang telah sangat dikenal luas dan baru baru ini memimpin gerakan Baca Al Qur’an di Malioboro dengan “Yogya Mengaji”, yang berhasil mendapat perhatian luas tidak hanya masyarakat Yogyakarta, bahkan jagat dunia maya nasionalpun sempat ramai dibuatnya, tampil apik melanjutkan penyampaian kalimah minal ulama.
Beliau menyampaikan bahwa hadlarah Islam berbeda secara mendasar dengan Hadlarah diluar Islam seperti Kapitalisme Demokrasi dan Sosialisme Komunisme Saat ini kaum muslimin mengambil Hadlarah diluar Islam sehingga yang baik dikatakan jelek dan sebaliknya. “Umat islam harus mengambil Hadlarah Islam yang berasal dari Allah SWT, karena timbangannya adalah halal dan haram sebagai tolak ukur dalam perbuatannya, tinggalkan demokrasi yang merusak ”, pungkas beliau
Selanjutnya oleh Shohibul Fadhilah almukarram KH. Fahmi Shodri , ulama Aswaja Depok Jawa Barat yang tak kalah lantang dan tegas. Beliau menyampaikan bahwa berbagai persoalan yang timbul dinegeri ini adalah karena tidak diterapkannya islam khususnya dalam perindustrian dimana oligarki penguasa dan pengusaha yang kongkalikong membuat aturan main mengambil alih bidang ini diantaranya aturan CPO untuk minyak goreng sehingga menyengsarakan rakyat. Politik Industri dalam Islam yang menjamin kemandirian negara dalam memenuhi berbagai kebutuhan pokok dan penunjang bagi rakyatnya
Shohibul Fadhilah almukarram KH. Abu Hanifah, ulama Aswaja DKI Jakarta. Beliau mengingatkan bahwa hukum itu hanya dua, hukum Allah dan hukum jahiliyyah sembari mengutip surat Al Maidah ayat 50. “Demokrasi juga adalah hukum jahiliyah, sistem kufur, dimana sistem jahiliyah ini bobrok, lemah, amburadul dan rusak, maka penganutnya termasuk zalim, fasik bahkan jika meyakininya menjadi kufur tidak layak diambil oleh manusia”, jelas beliau. “Saatnya Khilafah memimpin dunia”, pungkasnya
Ulama Aswaja dari Bangka Belitung diwakilii oleh Shohibul Fadhilah almukarram Kiyai Sofyan Rudianto, ulama Aswaja Bangka Belitung. Beliau menyampaikan bahwa isu Radikalisme sesungguhnya muncul dari kegagalan Barat pasca peristiwa WTC mengaitkan para pengemban dakwah Islam yang memperjuangkan Khilafah dengan stigma terorisme, walaupun mereka dalam perjuangannya tanpa menggunakan kekerasan, jelas beliau.
Mereka mengharapkan umat islam menjadi moderat yang menyamakan semua agama benar, oleh karena itu mereka memberikan stigma positif bagi islam moderat. “Para ulama dan aktifis dakwah jangan takut dengan stigma negatif ini karena dulu Rosulullahpun diperlakukan sama, terus berjuang menegakkan islam kaffah”, pungkas beliau
Terakhir kalimah minal ulama oleh Shohibul Fadhilah almukarram Buya Musdar Syahdan, ulama Aswaja Sumatera Utara. Beliau menyampaikan bahwa didunia ini sistem pemerintahan itu ada tiga, yang pertama kapitalisme sekuler yang melahirkan demokrasi, Amerika sebagai kampiunnya yang membuat HAM namun mereka yang melanggarnya serta dikenal paling rasis, yang kedua adalah sosialisme komunisme yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Yang terakhir adalah Islam dengan sistem Khilafah yang merupakan sistem paripurna yang pernah ada lebih dari seribu tahun, dimana tidak ada kezaliman didalamnya. Untuk melindungi manusia dari kezaliman maka hanya satu caranya yakni menegakkan khilafah, bahkan para ulama menyebutnya sebagai puncak Kewajiban (Tajul Furudh) dan penyebar rahmat bagi seluruh alam.
Acara yang dimulai pukul 20.30 WIB dikuti dengan khidmat oleh semua ulama yang hadir hingga ditutup pukul 24.00 dengan pembacaan tausiyah seruan dan pernyataan sikap ulama aswaja yang dibacakan oleh Shohibul Fadhilah almukarram KH. Umar Ash Shiddiq, ulama Aswaja Bogor dilanjutkan dengan doa penutup oleh KH. Abdullah, ulama sepuh Jawa Timur.