
Jakarta, shautululama.co – Tepat tanggal 18 February 2023 atau bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1444H, Forum Komunikasi Ulama Aswaja (FKU Aswaja) menggelar peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw di seantero negeri yang dilaksanakan secara hybrid.
Even spesial Rajab ini dilaksanakan secara offline dan online di ratusan titik di seluruh Indonesia secara bersamaan, mulai dari Aceh sampai Papua. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh KH. Rakhmat S Labib, Ulama Aswaja Jakarta secara online.
“Kegiatan seperti ini tidak hanya dilaksanakan di gedung-gedung seperti ini, yang hanya dihadiri oleh ratusan orang, namun juga diselenggarakan di ratusan tempat baik masjid, mushola maupun lainnya. Sehingga acara ini disaksikan oleh ribuan, puluhan ribu bahkan ratusan ribu bisa mengikuti secara bersamaan”.
Kegiatan bertema Isra Mi’raj Talkshow Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah dikemas secara hybrid dengan pertimbangan efisiensi dan kenyamanan. Kita bisa bayangkan jika dilaksanakan secara offline di satu tempat pasti akan menimbulkan kemacetan, persoalan transportasi dan lainnya.
Penulis, Tafsir Al Wa’I ini, lebih lanjut sampaikan, peristiwa Isra’ Mi’raj ini telah menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat Makkah, orang-orang kafir tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad Saw. Mereka menganggap ini adalah sebuah kebohongan, suatu yang diluar nalar. Ketika Abu Jahal menerima kabar tentang peristiwa Isra’ Mi’raj ini maka Abu Jahal dan orang-orang kafir mengingkari peristiwa ini, alias tidak percaya.
Namun tidak halnya dengan Abu Bakar, ketika mendengar kabar tentang peristiwa Isra’ Mi’raj ini maka dia katakan, inqala shadaqa (apa yang dikatan pasti benar). Pelajaran penting yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini adalah sikap yakin, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Abu Bakar meyakini bahwa apa yang disampaikan oleh Rasul Muhammad Saw adalah benar adanya. Tidak ada sedikit pun keraguan dengannya, sami’na wa atho’na (kami dengar, kami patuhi).
Sikap seperti Abu Bakar ini sangat penting menjadi teladan bagi seorang muslim saat ini bahwa apa disampaikan dalam AlQuran dan hadist adalah sebuah kebenaran, meski kita tidak pernah hidup bersama dengan Rasulullah. Ini adalah masalah aqidah, persoalan mendasar bagi seorang muslim. Meyakini kebenaran isi kitab suci Alquran.
Merupakan sebuah kebathilan, jika ada seorang muslim mengatakan bahwa syariah Islam sudah tidak relevan lagi dengan kondisi jaman saat ini. Ajaran Islam bisa diambil sebagian, tidak diambil sebagian, dipercaya sebagian, tidak dipercaya sebagian, ini bukanlah sikap seorang muslim.
Ketika AlQuran memerintahkan kepada orang beriman untuk mendirikan sholat, kita kerjakan dengan senang hati, sesuai dengan syarat dan rukunnya. Ketika Alquran perintahkan puasa di bulan Ramadhan kita laksanakan puasa Ramadhan. Ketika diperintahkan berislam secara kaffah, maka kita laksanakan dengan penuh keimanan dan kepatuhan, tanpa sedikit pun menentang ajaran islam.
Ketika diperintahkan untuk taat kepada pemimpin, maka tugas pemimpin itu adalah untuk menerapkan ajaran islam, bukan malah untuk menghambat, menghalangi-halangi orang yang berjuang untuk menegakkan ajaran Islam. Ini bukan seorang mukmin yang beriman.
Acara yang dikemas talk show ini menghadirkan dua pembicara utama yaitu KH. Rakhmad S. Labib dan Ustad Ir. Muhammad Ismail Yusanto, M,M keduanya merupakan ulama aswaja Jakarta. Acara yang dilaksanakan sejak pagi hari berakhir hingga dhuhur, juga menghadirkan sejumlah nara sumber dari ulama-ulama lokal. Acara semakin menarik dengan adanya talk show dengan ulama di daerah masing-masing, sehingga terjadi interaksi dua arah tentang materi yang disampaikan.
Nampak sejumlah undangan dari kalangan alim ulama, tokoh masyarakat, habaib serta pimpinan ponpes dan majlis taklim hadir dalam peringatan Isra’ Mi’raj ini. Meski mengikuti secara hybrid mereka sangat antusias memperhatikan pemaparan yang disampaikan oleh nara sumber.